Sabtu, 31 Mei 2014

RESENSI NOVEL LOVE, EDELWEISS, AND ME





 


1. Identitas Buku


 Judul Buku               :  Love, Edelweiss, and Me

Penerbit                     :  RUMAH KREASI

Tahun Terbit              :  2012

 Tebal Buku                :  286

Pengarang                  :  Monica Anggen




2. Profil Pengarang


Monica Anggen adalah seorang penulis yang berasal dari kota Banjarmasin dan bertempat tinggal di Semarang ini sangat senang menulis dan berkhayal. selain menulis novel bergenre romantis, penulis juga menulis novel anak, dan berbagai buku nonfiksi dan artikel.novel ini merupakan novel kedua yang terbit.



3. Sinopsis



Edelweiss itu abadi.
kau ucap kalimat itu bagai mantra aji sakti.
kalimat yang tertancap begitu dalam hingga melubangi sanubari.
karena ternyata, cintamu benar-benar abadi.


Tubuh rudi meluncur turun bersama dengan hempasan ombak ke arah pantai. kakinya yang lemas tak mampu membuatnya kembali berpijak. ia terhuyung, terguling, tubuhnya dipermainkan dalam ayunan lautan yang bergelora. sebentar timbul dan sebentar tenggelam. Membiarkan air asin itu membuat matanya perih, berharap rasa asin itu mampu mengeringkan air matanya dan membersihkan luka dihatinya.


sa, aku tak akan pernah melepaskanmu! tidak akan pernah. sa! seumur hidup, aku akan menyayangimu dengan sepenuh jiwaku meski mungkin kau akan menyakiti hatiku lebih dari ini. 
tak  apa, saa. sungguh tak apa.




 4. Kilasan cerita



Kesedihan Sasa akan kematian Ari begitu menguras pikirannya. Ketika Rudi mencoba masuk ke dalam hatinya, akankah dia menerimanya, apalagi setelah dugaannya akan kematian Ari ternyata salah….


Sasa sedih karena pacarnya, Ari telah pergi untuk selamanya. Sejak saat itu seluruh pemikirannya terkuras untuk memikirkan Ari, tanpa menyediakan kesempatan bagi pria lain untuk mendekatinya. Seluruh teman kos dan teman-teman kuliahnya sudah mengetahui masalah ini, baik tentang Ari dan sikap dinginnya. Sasa beruntung, di saat keadaannya labil, dia mempunyai sahabat akrab, yaitu kakak-beradik Keyla dan Dewa.

Rupanya diantara teman kuliahnya di jurusan arsitektur, ada dua orang yang terus terang memperlihatkan rasa tertarik kepada Sasa. Seorang dari mereka bernama Rudi, satu lagi bernama Billy. Rudi lebih merebut perhatian Sasa. Rudi mengetahui satu hal. Dia tidak dapat memaksa Sasa agar segera jatuh cinta padanya. Sebaliknya pelan-pelan dia mencoba menyembuhkan Sasa dari sikap dinginnya. Sebaliknya, cara-cara Billy justru lebih kasar dan cenderung menyakitkan bagi Sasa.
Suatu hari, dosen memberikan tugas berkelompok. Isi dari tugas itu adalah merancang proyek perumahan dengan arsitektur yang tidak biasa. Baik Billy dan Rudi berkelompok bersama Sasa. Agar dapat membuat tugas dengan baik, kelompok mereka berencana mengamati rumah-rumah di daerah gunung Bromo.

Rudi mempunyai rencana untuk menyembuhkan luka batin Sasa. Saat di gunung Bromo, Rudy akan berusaha menghadapkan Sasa dengan salah satu hal yang menyakitkan. Rudi berpikiran bahwa cara sembuh dari trauma adalah justru dengan berhadapan dengan sumber trauma tersebut.
Di gunung Bromo. Rudi memberikan Edelweiss. Suatu bunga yang membuat Sasa traumatis, sebab Edelweiss adalah bunga yang mengingatkannya pada Ari. Perkiraan Rudi salah. Sasa malah bertambah menjadi histeris. Sasa berlari menjauhi Rudi sampai akhirnya dia terjatuh di kawah gunung Bromo.

Kecelakaan di gunung Bromo menyebabkan banyak luka di pihak Sasa. Gadis itu masuk rumah sakit. Di tempat inilah ada kejadian tak terduga. Ternyata Sasa bertemu dengan Ari. Cerita mulai terkuak. Saat Ari dalam bahaya kematian karena obat-obat terlarang, dokter di Indonesia menyerah. Tetapi orang tua Ari tidak mau menyerah. Dia membawa Ari ke luar negeri untuk berobat dan Ari sembuh.
Dalam suatu percakapan. Secara tidak sengaja Rudi mendengar kalau Sasa masih mencintai Ari. Rudi sedih. Meskipun dia tidak rela, namun, mengingat kalau Ari memang pacar terdahulu Sasa, ia tidak berusaha membela posisinya di hadapan Ari.
    


5. Kritik dan saran


Sampul novel cukup bagus. Cuma, ada satu pertanyaan dari saya. Apa hubungan gambar sampul dengan cerita? ,  gambar rumah dengan diguyur salju sama sekali tidak ada cerita yang mengambarkan tentang sampul tersebut. mungkin akan lebih baik jika gambar sampul tersebut bergambar tentang Edelweiss dimana edelweiss menjadi titik cerita yang digambarkan.

Baik font, kertas serta judul bab tampak berseni. Saya tidak takut kertas sobek saat saya berpindah halaman dan besar font cukup bagus untuk mata. Saya menyukainya.terlebih bait - bait kata yang indah di awal setelah  judul bab , membuat novel ini menjadi sangat menarik.


Di ending saya kurang suka karna endingnya terlalu berkesan biasa saja , justru di tengah-tengah cerita yang mebuat saya menguras emosi dan sedikit mengeluarkan air mata. berharap di ending menjadi bagian yang luar biasa tapi kenyataannya tidak , padahal rasa penasaran akan ending selalu berkelibat setiap membaca scene demi scene di tengah cerita.


Akhir kata novel ini menyisakan sebuah pesan bahwa kita harus tetap berjalan meski dunia tidak terjadi seperti apa yang kita harapkan   " show-must-go-on " ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar